Minggu, 30 Oktober 2011

Dongeng Barbie as The Princess and The Pauper

Cerita klasik dari Mark Twain rasanya pasti sudah tidak asing lagi di kalangan para pecinta dongeng klasik. Salah satu karyanya yaitu "The Prince and the Pauper" (Pangeran dan Pengemis). Dongeng ini menceritakan tentang pertukaran identitas antara kedua orang yang mirip satu sama lain, dan kisah inilah yang mendasari film "Barbie as The Princess and The Pauper."
Tapi karena tokoh utama film jenis animasi produksi tahun 2004 yang diarahkan oleh William Lau ini adalah Barbie sehingga sosok Pangeran pun berubah menjadi sosok Putri. Tidak hanya itu, film tersebut adalah film Barbie pertama yang disajikan secara musikal. Beberapa lagu menarik dapat dinikmati dari film Barbie satu ini.

Alkisah terdapat seorang putri kerajaan bernama Putri Anneliese (dubber: Kelly Sheridan). Ternyata ia tidak bahagia dan ingin bebas dari kungkungan kehidupan seorang putri yang begitu mengikat. Sementara itu, Erika, seorang gadis biasa yang ingin lepas dari kemiskinan dan posisinya sebagai pelayan dari majikan yang kejam, Madame Carp (Pam Hyatt). Pada suatu hari mereka secara tidak sengaja bertemu dan membuat mereka kaget. Ternyata mereka begitu mirip satu sama lain seperti kembaran saja.
Tidak lama kemudian Putri Anneliese diculik oleh kelompok penjahat. Ternyata penculikan itu didalangi oleh penasehat Ratu yang jahat, Preminger (Martin Short). Preminger melakukan itu agar bisa mempengaruhi Ratu (Ellen Kennedy) dan memuluskan rencananya untuk menjadi raja. Impian Erika untuk menjadi orang kaya pun terpenuhi ketika Julian (Alessandro Juliani), guru Putri Anneliese memintanya untuk menyamar sebagai sang Putri.
Julian yang diam-diam mencintai Putri Anneliese melakukan hal itu agar mendapatkan waktu untuk menemukan siapa dalang penculikan sang Putri. Sementara itu, Erika benar-benar menikmati kehidupan seorang Putri selagi berusaha menyelamatkan Putri Anneliese. Namun masalahnya jadi rumit ketika Erika bertemu dengan seorang raja tampan yang bernama Raja Dominick Mark Hildreth). Ternyata Raja Dominick jatuh cinta pada Erika yang dikiranya adalah Putri Anneliese. Sebaliknya Erika pun jatuh cinta pada Dominick tapi tidak berani berterus terang siapa dirinya yang sebenarnya.

METODE ILMIAH


Metode ilmiah merupakan suatu prosedur (urutan langkah) yang harus dilakukan untuk melakukan suatu proyek ilmiah (science project).
Metode Ilmiah didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, diantaranya:
      - Rasional         :  Sesuatu yang masuk akal dan terjangkau oleh penalaran manusia
- Empiris          : Menggunakan cara-cara tertentu yang dapat diamati dengan menggunakan panca indera
- Sistematis       : Menggunakan proses dan langkah-langkah logis
Metode ilmiah didasari oleh sikap ilmiah. Sikap ilmiah semestinya dimiliki oleh setiap peneliti dan ilmuwan. Adapun sikap ilmiah yang dimaksud adalah :
1.       Rasa ingin tahu
2.       Jujur (menerima kenyataan hasil penelitian dan tidak mengada-ada)
3.       Objektif (sesuai fakta yang ada, dan tidak dipengaruhi oleh perasaan pribadi)
4.       Tekun (tidak putus asa)
5.       Teliti (tidak ceroboh dan tidak melakukan kesalahan)
6.       Terbuka (mau menerima pendapat yang benar dari orang lain)

Secara umum metode ilmiah meliputi langkah-langkah berikut:

·         Observasi awal

·         Mengidentifikasi Masalah

·         Merumuskan atau Menyatakan Hipotesis

·         Melakukan Eksperimen

·         Menyimpulkan Hasil Eksperimen

 

A.     Observasi awal

Setelah topik yang akan diteliti dalam proyek ilmiah ditentukan, langkah pertama untuk melakukan proyek ilmiah adalah melakukan observasi awal untuk mengumpulkan informasi segala sesuatu yang berhubungan dengan topik tersebut melalui pengalaman, berbagai sumber ilmu pengetahuan, dan berkonsultasi dengan ahli yang sesuai. Langkah- langkah observasi meliputi:
·         Menggunakan semua referensi: buku, jurnal, majalah, koran, internet, interview dan lain-lain
·         Mengumpulkan informasi dari ahli: instruktur, peneliti, insinyur dan lain-lain.
·         Melakukan eksplorasi lain yang berhubungan dengan topik.
  1. Mengidentifikasi masalah
Permasalahan merupakan pertanyaan ilmiah yang harus diselesaikan. Permasalahan dinyatakan dalam pertanyaan terbuka yaitu pertanyaan dengan jawaban berupa suatu pernyataan, bukan jawaban ya atau tidak.
Sebagai contoh: Bagaimana cara menyimpan energi surya di rumah?
Dalam mengidentifikasi masalah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,yaitu:
·         Membatasi permasalahan seperlunya agar tidak terlalu luas.
·         Memilih permasalahan yang penting dan menarik untuk diteliti.
·         Memilih permasalahan yang dapat diselesaikan secara eksperimen.

 

C.     Merumuskan atau Menyatakan Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu ide atau dugaan sementara tentang penyelesaian masalah yang diajukan dalam proyek ilmiah. Hipotesis dirumuskan atau dinyatakan sebelum penelitian yang seksama atas topik proyek ilmiah dilakukan, karenanya kebenaran hipotesis ini perlu diuji lebih lanjut melalui penelitian yang seksama. Yang perlu diingat, jika menurut hasil pengujian ternyata hipotesis tidak benar bukan berarti penelitian yang dilakukan salah.
Dalam merumuskan masalah ada 2 hal yang harus diperhatikan,yaitu:
·         Menggunakan pengalaman atau pengamatan lalu sebagai dasar hipotesis
·         Merumuskan hipotesis sebelum memulai proyek eksperimen

 

D.    Melakukan eksperimen

Eksperimen dirancang dan dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Perhitungkan semua variabel, yaitu semua yang berpengaruh pada eksperimen.
Ada tiga jenis variabel yang perlu diperhatikan pada eksperimen, yaitu:
a.       Variabel bebas       : variabel yang dapat diubah secara bebas
b.      Variabel terikat       : variabel yang diteliti, yang perubahannya bergantung   pada variabel bebas.
c.       Variabel control      : variabel yang selama eksperimen dipertahankan tetap.
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan eksperimen adalah:
·         Mengusahakan hanya satu variabel bebas selama eksperimen.
·         Mempertahankan kondisi yang tetap pada variabel-variabel yang diasumsikan konstan.
·         Melakukan eksperimen berulang kali untuk memvariasi hasil.
·         Mencatat hasil eksperimen secara lengkap dan seksama.

  1. Menyimpulkan hasil eksperimen
Kesimpulan proyek merupakan ringkasan hasil proyek eksperimen dan pernyataan bagaimana hubungan antara hasil eksperimen dengan hipotesis. Alasan-alasan untuk hasil eksperimen yang bertentangan dengan hipotesis termasuk di dalamnya. Jika dapat dilakukan, kesimpulan dapat diakhiri dengan memberikan pemikiran untuk penelitian lebih lanjut.
Jika hasil eksperimen tidak sesuai dengan hipotesis, hal yang harus dilakukan adalah:
·         Tidak mengubah hipotesis
·         Tidak mengabaikan hasil eksperimen
·         Memberikan alasan yang masuk akal mengapa tidak sesuai
·         Memberikan cara-cara yang mungkin dilakukan selanjutnya untuk menemukan penyebab ketidaksesuaian
·         Bila cukup waktu, hendaknya melakukan eksperimen sekali lagi atau menyusun ulang eksperimen.


  1. PROYEK ILMIAH

Proyek ilmiah adalah serangkaian kegiatan penelitian yang dilakukan dengan megikuti prosedur standar tertentu yang disebut metode ilmiah. Prosedur ini sangat penting untuk diikuti karena salah satu ciri proyek ilmiah yang utama adalah replicable (dapat diulang), artinya apabila orang lain melakukan eksperimen serupa dengan prosedur standar yang sama akan diperoleh hasil yang serupa pula. Jelas bahwa dengan metode ilmiah (melalui prosedur standar yang sama) orang lain dapat  menguji apakah suatu proyek ilmiah dapat dipertanggungjawabkan. 

Bagian akhir dari proyek ilmiah adalah menuliskan laporan proyek ilmiah agar hasil yang telah diperoleh dapat bermanfaat bagi orang lain. Laporan proyek ilmiah dapat dituliskan dalam berbagai bentuk dan format. 

 

Secara umum format laporan proyek ilmiah meliputi:

·         Halaman Judul
               Penulisan judul diletakkan di tengah halaman, disertai nama penulisnya di bawah judul. Judul sebaiknya mencerminkan isi proyek tetapi tidak boleh sama dengan pertanyaan permasalahan.
·         Daftar Isi
Halaman kedua setelah halaman judul adalah daftar isi. Daftar isi berisikan sekumpulan daftar semua hal dalam laporan.
·         Abstrak
Abstrak merupakan ringkasan isi proyek. Biasanya abstrak tidak lebih dari satu halaman yang berisikan judul, tujuan, hipotesis, diskripsi singkat prosedur eksperimen dan hasil.
·         Pendahuluan
Pendahuluan merupakan pernyataan dari tujuan dan latar belakang yang terkait dengan judul proyek ilmiah. Dalam pendahuluan harus terkandung pula ringkasan pernyataan hipotesis.
·         Pelaksanaan Eksperimen dan Data
Pada bagian ini sebutkan setiap percobaan yang akan dilakukan. Pada setiap percobaan harus disertakan tujuan percobaan, diikuti dengan daftar bahan yang digunakan beserta jumlahnya, kemudian dilanjutkan dengan prosedur atau langkah-langkah untuk melakukan percobaan. Sebaiknya menuliskan percobaan-percobaan tersebut secara jelas dan rinci agar mudah diikuti sehingga siapa pun yang melakukannya akan mendapatkan hasil yang sama (serupa).
Mengikuti setiap percobaan yang dilakukan, menuliskan semua pengukuran dan pengamatan yang telah dilakukan selama percobaan berlangsung. Grafik, tabel, dan diagram yang dibuat berdasarkan data harus diberi label (keterangan) dan apabila mungkin dengan warna-warni. Jika data yang digunakan dalam eksperimen amat banyak jumlahnya, cukup rangkumannya saja yang dituliskan pada bagian ini, sedangkan data lengkap sebaiknya diletakkan dalam lampiran. Melakukan analisis atas data yang telah diperoleh dan memberikan interpretasi (makna) terhadap hasil analisis tersebut.
·         Kesimpulan
Pada bagian ini penulis menyimpulkan hasil eksperimen yang telah dilakukan dan periksa apakah hasil eksperimen tersebut telah menjawab pertanyaan yang dipermasalahkan. Lalu membandingkan hasil eksperimen tersebut dengan hipotesis yang diajukan sebelum eksperimen dilakukan. Memberikan ulasan ringkas mengapa terjadi kesesuaian atau ketidak-sesuaian.
·         Ucapan terima kasih
Menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan proyek ilmiah yang dilakukan, misalnya nara sumber, sponsor, pemberi fasilitas percobaan, dan sebagainya.
·         Daftar Pustaka
                  Menuliskan sumber-sumber pustaka yang digunakan secara lengkap dan mengurutkan sumber-sumber tersebut secara alfabetik berdasarkan nama belakang pengarang.
ü     Untuk sumber berupa buku, menggunakan urutan: nama pengarang. tahun terbit. judul buku. nama penerbit. kota tempat penerbit. halaman.  
ü     Untuk sumber berupa jurnal menggunakan urutan: nama pengarang. tahun terbit. judul artikel. nama jurnal. volume jurnal. halaman tempat artikel dimuat.
ü     Untuk sumber berupa koran menggunakan urutan: nama pengarang. tahun terbit. judul artikel. nama koran. kota tempat penerbit. tanggal terbitan. halaman.
ü     Untuk sumber berupa web-site menggunakan urutan: nama pengarang. tahun terbit. judul artikel. alamat web-site. 

KALIMAT


I. PENGERTIAN KALIMAT

Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). kalau tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat, pernyataan itu bukanlah kalimat. Dengan kata  yang seperti itu hanya dapat disebut sebagai frasa. Inilah yang membedakan kalimat dengan frasa.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).


II.POLA KALIMAT DASAR

Setelah membicarakan beberapa unsur yang membentuk sebuah kalimat yang benar, kita telah  dapat  menentukan  pola  kalimat  dasar  itu  sendiri.  Berdasarkan  penelitian  para  ahli,  pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1.  KB + KK                             :  Mahasiswa berdiskusi.

2.  KB + KS                             :  Dosen itu ramah.

3.  KB + KBil                            :  Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.

4.  KB + (KD + KB)                 :  Tinggalnya di Palembang.

5.  KB1  + KK + KB2                                 :  Mereka menonton film.

6.  KB1  + KK + KB2  + KB3           :  Paman mencarikan saya pekerjaan.

7.  KB1  + KB2                                                     :  Rustam peneliti.

Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.


III.JENIS KALIMAT MENURUT STRUKTUR GRAMATIKALNYA

Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan dapat pula berupa  kalimat   mejemuk.  Kalimat  majemuk  dapat  bersifat  setara  (koordinatif0,  tidak  setara (subordinatif), ataupun campuran (koordiatif-subordinatif). Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal; gagasan yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk.
A.  Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya, kalau dilihat dari unsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa Indonesia dapat dikembalikan kepada kalimat-kalimat dasar yang  sederhana. Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana itu terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Sehubungan dengan it, kalimat-kalimat yang panjang itu dapat pula ditelusuri pola-pola pembentukannya. Pola-pola itulah yang  dimaksud  dengan pola kalimat dasar. Mari kita lihat sekali lagi pola-pola kalimat dasar tersebut.
S: KB + P: KK          1.         Mahasiswa berdiskusi


S: KB + P: KS          2.         Dosen itu ramah

S: KB + P: KBil         3.         Harga buku itu sepuluh ribu rupiah

Pola-pola kalimat dasar ini masing-masing hendaklah dibaca sebagai berikut.

Pola 1 adalah pola yang mengandung subjek (S) kata benda (mahasiswa) dan predikat (P) kata kerja (berdiskusi).

Kalimat itu menjadi:   Mahasiswa   berdiskusi
                                           S                 P

Contoh lain:  1. Pertemuan APEC sedang berlangsung
                                    S                    P
          2. Teori      itu   dikembangkan.
                        S          P

Pola 2 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (dosen itu) dan berpredikat kata sifat (ramah).

Kalimat itu menjadi: Dosen  itu  ramah
                                    S                 P

Contoh lain: 1.  Komputernya  rusak
                               S                  P
                     2. Suku  bunga  bank  swasta  tinggi
                                    S                               P

Pola 3 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (harga buku itu) dan berpredikat kata bilangan (sepuluh ribu rupiah).
Kalimat selengkapnya ialah:  Harga          buku  itu  sepuluh  ribu  rupiah
                                                            S                      P
Contoh lain: 1. Panjang  jalan  tol  Cawang-Tanjung Priok  tujuh     belas   kilometer
                                                            S                                              P
                     2. Masalahnya seribu  satu
                                    S               P

Ketiga pola kalimat di atas masing-masing terdiri atas satu kalimat tunggal. Setiap kalimat tunggal  di  atas  dapat  diperluas  dengan  menambahkan  kata-kata  pada  unsur-unsurnya. Dengan menambahkan kata-kata pada  unsur-unsurnya itu, kalimat akan menjadi panjang (lebih panjang daripada kalimat asalnya), tetapi masih dapat dikenali unsur utamanya.
Kalimat Mahasiswa berdiskusi dapat diperluas menjadi kalimat:

Mahasiswa  semester III   sedang berdiskusi  di aula
               S                                   P                      K
Perluasan  kalimat  itu  adalah  hasil  perluasan  subjek  mahasiswa  dengan  semester  III.

Perluasan predikat berdiskusi dengan sedang, dengan menambahkan keterangan tempat di akhir kalimat.

Kalimat 2, yaitu Dosen itu ramah dapat diperluas menjadi:
          Dosen  itu  selalu  ramah  setiap hari
                                S                 P                  K
Kalimat 3, yaitu Harga buku itu sepulu ribu rupiah dapat diperluas pula dengan kalimat:  Harga  buku  besar  itu  sepuluh           ribu rupiah per buah
                            S                                          P
Memperluas kalimat tunggal tidak hanya terbatas seperti pada contoh-contoh di atas. Tidak tertutup kemungkinan kalimat tunggal seperti itu diperluas menjadi dua puluh kata atau lebih.

Perluasan kalimat itu, antara lain, terdiri atas:
1.   Keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Yogyakarta, dalam     republik   it, dan sekeliling kota;
2.   Keterangan waktu, seperti setiap hari, pada pukul 19.00, tahun            depan, kemarin sore, dan minggu kedua bulan ini;
3.   Keterangan alat seperti dengan linggis, dengan   undang-undang   itu,   dengan sendok dan  garpu, dengan wesel pos, dan dengan cek;
4.   Keterangan modalitas, seperti  harus, barangkali, seyogyanya, sesungguhnya, dan sepatutnya;
5.   Keterangan  cara,  seperti  dengan  hati- hati, seenaknya saja, selakas mungkin, dan dengan tergesa-gesa;
6.   Keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.
7.   Keterangan tujuan,  seperti  agar bahagia, supaya tertib, untuk anaknya, dan bagi kita;
8.   Keterangan sebab, seperti karena tekun, sebab berkuasa, dan lantaran panik;
9.   Frasa yang, seperti mahasiswa yang IP- nya 3  ke atas, para atlet yang sudah menyelesaikan  latihan,  dan  pemimpin yang memperhatikan takyatnya;
10. Keterangan   aposisi,  yaitu   keterangan yang         sifatnya salingmenggantikan, seperti       penerima         Kalpataru,      Abdul Rozak,  atau   Gubernur  DKI  Jakarta, Sutiyoso.

Perhatikan perbedaan keterangan alat dan keterangan cara berikut ini.

Dengan + kata benda = keterangan alat

Dengan + kata kerja/kata sifat = keterangan cara.

Contoh kemungkinan perluasan kalimat tercantum di bawah ini.

1.   Gubernur/memberikan/kelonggaran/kepada pedagang/.

2.     Gubernur DKI Jakarta/memberikan/kelonggaran/kepada pedagang/.




B.  Majemuk Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara terjad dari dua kalimat tunggal atau lebi. Kalimat majemuk setara dikelompokkan menjadi empat jenis, sebagai berikut.
1.   Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata dan atau serta jika kedua kalimat tunggal atau lebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara penjumlahan. Contoh:
Kami membaca

Mereka menulis

Kami membaca dan mereka menulis.

Tanda koma dapat digunakan jika kalimat yang digabungkan itu lebih dari dua kalimat tunggal. Contoh:
Direktur tenang.
Karyawan duduk teratur.
Para nasabah antre.
Direktur tenang, karyawan duduk teratur, dan para nasabah antre.

2.    Kedua kalimat tunggal yang berbentuk kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh kata tetapi jika kalimat   itu   menunjukkan        pertentangan,   dan   hasilnya  disebut   kalimat   majemuk setara pertentangan. Contoh:
Amerika dan Jepang tergolong negara maju.

Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang.

Amerika  dan  Jepang  tergolong  negara maju,  tetapi  Indonesia  dan  Brunei Darussalam tergolong negara berkembang.
Kata-kata penghubung lain yang dapat digunakan dalam menghubungkan dua kalimat tunggal dalam  kalimat  majemuk  setara  pertentangan  ialah  kata  sedangkan  dan  melainkan  seperti kalimat berikut.
Puspiptek terletak di Serpong, sedangkan Industro Pesawat Terbang Nusantara terletak di Bandung.

Ia bukan peneliti, melainkan pedagang.

3.   Dua kalimat tunggal ata lebih dapat dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian jika kejadian yang dikemukakannya berurutan.
Contoh:

Mula-mula disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat remaja, kemudian disebutkan nama- nama juara MTQ tingkat dewasa.
Upacara serah terima pengurus koperasi sudah selesai, lalu Pak Ustaz membacakan doa selamat.
4.   Dapat  pula  dua  kalimat  tunggal  atau  lebih  dihubungkan  oleh  kata  atau  jika  kalimat  itu menunjukkan pemilihan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pemilihan.
Contoh:

Para pemilik televisi membayar iuran televisinya di kantor pos yang terdekat, atau para petugas menagihnya ke rumah pemilik televisi langsung.


C.  Kalimat Majemuk tidak Setara

Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang  bebas dan satu suku kalimat atau  lebih  yang tidak bebas. Jalinan kalimat ini menggambarkan taraf kepentingan yang berbeda-beda di antara unsur  gagasan yang majemuk. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk kalimat, sedangkan pertaliannya dari sudut  pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dan sebagainya dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak kalimat. Contoh:

1.  a.  Komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern. (tunggal)

  b. Mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer. (tunggal)

c. Walaupun   komputer  itu  dilengkapi  dengan  alat-alat  modern,  mereka   masih  dapat mengacaukan data-data komputer itu.
2.  a. Para pemain sudah lelah

  b. Para pemain boleh beristirahat.

  c. Karena para pemain sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.

  d. Karena sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.

Sudah dikatakan di atas bahwa kalimat majemuk tak setara terbagi dalam bentuk anak kalimat dan induk kalimat.  Induk kalimat ialah inti gagasan, sedangkan anak kalimat ialah pertalian gagasan dengan hal-hal lain.

Mari kita perhatikan kalimat di bawah ini.

Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas, saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.

Anak kalimat:

Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas.

Induk kalimat:

Saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.
Penanda anak kalimat ialah kata walaupun, meskipun, sungguhpun, karena, apabila, jika, kalau, sebab,  agar,   supaya,  ketika,  sehingga,  setelah,  sesudah,  sebelum,  kendatipun,  bahwa,  dan sebagainya.

D.  Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk taksetara (bertingkat) dan kalimat majemuk setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk taksetara (bertingkat). Misalnya:
1.  Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.

2.  Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.

Penjelasan:
Kalimat pertama terdiri atas induk kalimat yang berupa kalimat majemuk setara, kami pulang, tetapi  mereka  masih  bekerja,  dan  anak  kalimat  karena  tugasnya  belum  selesai.  Jadi,  susunan kalimat kedua adalah setara + bertingkat.


IV.JENIS KALIMAT MENURUT BENTUK GAYANYA (RETORIKANYA)

Tulisan akan lebih      efektif jika di samping kalimat-kalimat yang disusunnya benar, juga gaya  penyajiannya (retorikanya) menarik perhatian pembacanya. Walaupun kalimat-kalimat yang disusunnya   sudah   gramatikal,   sesuai   dengan   kaidah,   belum   tentu   tulisan   itu   memuaskan pembacanya jika segi retorikanya tidak  memikat. Kalimat akan membosankan pembacanya jika selalu disusun dengan konstruksi yang monoton atau tidak bervariasi. Misalnya, konstruksi kalimat itu selalu subjek-predikat-objek-ketengan, atau selalu konstruksi induk kalimat-anak kalimat.
Menurut gaya penyampaian atau retorikanya, kalimat majemuk dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu (1) kalimat yang melepas (induk-anak), (2) kalimat yang klimaks (anak-induk), dan (3) kalimat yang berimbang (setara atau campuran).

A.  Kalimat yang Melepas

Jika kalimat itu disusun dengan diawali unsur utama, yaitu induk kalimat dan diikuti oleh unsur  tembahan,  yaitu  anak  kalimat,  gaya  penyajian  kalimat  itu  disebut  melepas.  Unsur  anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan  saja oleh penulisnya dan kalaupun unsur ini tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Misalnya:
a.  Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.

b.  Semua  warga  negara  harus  menaati  segala  perundang-undangan  yang  berlaku  agar kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.

B.  Kalimat yang Klimaks

Jika kalimat itu disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut berklimaks. Pembaca belum dapat memahami kalimat tersebut jika baru membaca anak kalimatnya. Pembaca akan memahami makna kalimat itu setelah membaca induk kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa bahwa ada sesuatu yang masih ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karena itu, penyajian kalimat yang konstruksinya anak-induk terasa berklimaks, dan terasa membentuk ketegangan.
Misalnya: a.  Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
b.      Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera warga negara Prancis itu dibebaskan juga.

C.  Kalimat yang Berimbang

Jika  kalimat  itu  disusun  dalam  bentuk  majemuk  setara  atau  majemuk  campuran,  gaya penyajian  kalimat  itu  disebut  berimbang  karena  strukturnya  memperlihatkan  kesejajaran  yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang bersimetri.



Misalnya :

1.  Bursa  saham  tampaknya  semakin  bergairah,  investor  asing  dan  domestik  berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
2.  Jika  stabilitas  nasional  mantap,  masyarakat  dapat  bekerja  dengan  tenang  dan  dapat beribadat dengan leluasa.

Ketiga  gaya  penyampaian  tadi  terdapat  pada  kalimat  majemuk.  Adapun  kalimat  pada umumnya  dapat  divariasikan  menjadi  kalimat  yang  panjang-pendek,  aktif-pasif,  inversi,  dan pengedepanan keterangan.


V.JENIS KALIMAT MENURUT FUNGSINYA

Menurut  fungsinya,  jenis  kalimat  dapat  dirinci  menjadi  kalimat  pernyataan,  kalimat pertanyaan,  kalimat perintah, dan kalimat seruan. Semua jeis kalimat itu dapat disajikan dalam bentuk  positif  dan  negatif.  Dalam  bahasa  lisan,  intonasi  yang  khas  menjelaskan  kapan  kita berhadapan  dengan  salah  satu  jenis  itu.  Dalam  bahasa  tulisan,  perbedaannya  dijelaskan  oleh bermacam-macam tanda baca.

A.  Kalimat Pernyataan (Deklaratif)

Kalimat pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik).
Misalnya: Positif  :  1.  Presiden Gus Dur mengadakan kunjungan ke luar negeri.

2.   Indonesia menggunakan sistem anggaran yang berimbang
 
  Negatif : 1.  Tidak semua bank memperoleh kredit lunak.
2.  Dalam        pameran          tersebut           para     pengunjung tidak mendapat informasi yang memuaskan tentang bisnis      komdominium di kota- kota besar

B.  Kalimat Pertanyaan (Interogatif)

Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi (jawaban) yang   diharapkan.  (Biasanya,  intonasi  menurun;  tanda  baca  tanda  tanya).  Pertanyaan  sering menggunakan kata tanya seperti bagaimana, di mana, mengapa, berapa, dan kapan.
Misalnya: Positif   : 1.  Kapan Saudara berangkat ke Singapura?

2.   Mengapa dia gagal dalam ujian?
    
Negatif : 1.  Mengapa  gedung  ini  dibangun  tidak  sesuai  dengan bestek yang disepakati?
                      2.  Mengapa  tidak  semua  fakir  miskin  di  negara  kita

dapat dijamin penghidupannya oleh nefara?

C.  Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)

Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin menyuruh” atau melarang orang berbuat sesuatu. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru).
Misalnya: Positif  : 1.  Maukah   kamu   disuruh   mengantarkan   buku   ini   ke   Pak

 Sahluddin!
2. Tolong buatlah dahulu rencana pembiayaannya.

        Negatif : 1.  Sebaiknya  kita  tidak  berpikiran  sempit  tentang  hak asasi manusia
2.      Janganlah kita enggan mengeluarkan zakat kita jika sudah tergolong orang mampu

D.  Kalimat Seruan

Kalimat seruan dipakai jika penutur ingin mengungkapkan perasaan yang kuat atau yang mendadak. (Biasanya, ditandai oleh menaiknya suara pada kalimat lisan dan dipakainya tanda seru atau tanda titik pada kalimat tulis).
Misalnya: Positif  :  1.  Bukan main, cantiknya.

2.      Nah, ini dia yang kita tunggu
 
     Negatif : 1.  Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.

         2.  Wah, target KONI di Asian Games XIII tahun 1998 di

Bangkok tidak tercapai.






VI.KALIMAT EFEKTIF

Kalimat  efektif  ialah  kalimat  yang  memiliki  kemampuan  untuk  menimbulkan  kembali gagasan-gagasan  pada  pikiran  pendengar  atau  pembaca  seperti  apa  yang  ada  dalam  pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin.
Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk,   ketegasan   makna,  kehematan  kata,  kecermatan  penalaran,  kepaduan  gagasan,  dan kelogisan bahasa.
A.  Kesepadanan

Yang  dimaksud  dengan  kesepadanan  ialah  keseimbangan  antara  pikiran  (gagasan)  dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini.
1.      Kalimat itu mempunyai  subjek dan predikat dengan jelas. Ketidakjelasan subjek  atau  predikat  suatu  kalimat  tentu  saja  membuat  kalimat  itu  tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh: a.  Bagi  semua  mahasiswa  perguruan  tinggi  ini  harus  membayar  uang kuliah. (Salah)
b.      Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.(Benar)

2.      Tidak terdapat subjek yang ganda
Contoh: a. Penyusunan laporan itu saya   dibantu   oleh   para dosen.
b.      Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut.
a.  Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b.  Saat itu bagi saya kurang jelas.

3.  Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
Contoh: a. Kami datang agak terlambat.  Sehingga  kami tidak dapat mengikuti acara pertama.

b. Kakaknya membeli sepeda motor  Honda.  Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu  menjadi  kalimat  majemuk  dan  kedua  gantilah  ungkapan  penghubung  intrakalimat  menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut.
a.       Kami  datang  agak  terlambat  sehingga  kami  tidak  dapat  mengikuti  acara pertama
Atau

Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.

b.      Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Atau

Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.

4.  Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.

Contoh:

a.  Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.

b.  Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.

Perbaikannya adalah sebagai berikut.

a.  Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.

b.  Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.       

B.  Keparalelan

Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat  itu.   Artinya,  kalau  bentuk  pertama  menggunakan  nomina.  Kalau  bentuk  pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
a.  Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.

b.  Tahap  terakhir  penyelesaian  gedung  itu  adalah  kegiatan  pengecatan  tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat a tidak  mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.

Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.

Kalimat b tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu  kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut.
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

C.  Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok  kalimat.  Dalam  sebuah  kalimat  ada  ide  yang  perlu  ditonjolkan.  Kalimat  itu  memberi penekanan atau penegasan pada  penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.

1.      Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh: Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.

Contoh: Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.

Penekanannya Harapan presiden.

Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.

2.      Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh: Bukan  seribu,  sejuta,  atau  seratus,  tetapi  berjuta-juta  rupiah,  telah  disumbangkan  kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan  seratus,  seribu,  atau  sejuta,  tetapi  berjuta-juta  rupiah,  telah  disumbangkan  kepada anak-anak terlantar.
3.      Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh: Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.

4.      Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh: Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur


5.      Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh: Saudaralah yang bertanggung jawab.

D.  Kehematan

Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif   adalah hemat mempergunakan kata,   frasa,  atau   bentuk   lain   yang   dianggap   tidak   perlu.  Kehematan   tidak  berarti   harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
1.      Penghematan  dapat  dilakukan  dengan  cara  menghilangkan  pengulangan subjek.
Perhatikan contoh:

a.  Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.

  b.  Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden   datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
a.  Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.

  b.  Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang
2. Penghematan   dapat   dilakukan   dengan   cara   menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Kata merah  sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Perhatikan:
a.  Ia memakai baju warna merah.

b.  Di mana engkau menangkapburung pipit itu?
Kalimat itu dapat diubah menjadi
a.  Ia memakai baju merah.

b.  Di mana engkau menangkap pipit itu?

3.      Penghematan  dapat  dilakukan  dengan  cara  menghindarkan  kesinoniman dalam satu kalimat.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
a.  Dia hanya membawa badannya saja.

b.  Sejak dari pagi dia bermenung.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
a.  Dia hanya membawa badannya.

b.  Sejak pagi dia bermenung.

4.      Penghematan  dapat  dilakukan  dengan  cara  tidak  menjamakkan  kata-kata yang berbentuk jamak.
Misalnya:

Bentuk Tidak Baku                                   Bentuk Baku
para tamu-tamu beberapa                          para tamu
orang-orang                                                beberapa orang

E.  Kecermatan

Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda. Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
1.  Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah
 2.  Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.

Kalimat 1 memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi. Kalimat 2  memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah. Perhatikan kalimat berikut:
Yang  diceritakan  menceritakan  tentang  putra-putri  raja,  para  hulubalang,  dan  para menteri.
Kalimat  ini  salah  pilihan  katanya  karena  dua  kata  yang  bertentangan,  yaitu  diceritakan  dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi:

Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.

F.  Kepaduan

Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.

1.      Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
Oleh karena itu, kita hidari kalimat yang panjang dan bertele-tele. Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur  meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak ke luar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab.
Silakan Anda perbaiki kalimat di atas supaya menjadi kalimat yang padu.

2.  Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
a.  Surat itu saya sudah baca.

b.  Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.

Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk
a.  Surat itu sudah saya baca.

b.      Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.

3.  Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripad atau

tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
 a.  Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
 b.  Makalah  ini  akan  membahas  tentang  desain  interior  pada  rumah-rumah adat.
Seharusnya: a.  Mereka membicarakan kehendak rakyat.

b.  Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat

G. Kelogisan

Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Perhatikan kalimat di bawah ini.
1.  Waktu dan tempat kami persilakan.

2.  Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini.

3.  Haryanto Arbi meraih juara pertama Jepang Terbuka.

4.  Hermawan Susanto menduduki juara pertama Cina Terbuka.

5.  Mayat wanita  yang ditemukan  itu  sebelumnya  sering  mondar-mandir  di daerah tersebut.
Kalimat itu tidak logis (tidak masuk akal). Yang logis adalah sebagai berikut.

1.  Bapak Menteri kami persilakan.

2.  Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini.

3.  Haryanto Arbi meraih gelar juara pertama Jepang Terbuka.

4.  Hermawan Susanto menjadi juara pertama Cina Terbuka.

5.  Sebelum meninggal, wanita yang mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir di daerah tersebut.


VII.KALIMAT SALAH DAN KALIMAT BENAR

Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini:

Bentuk yang Salah
1.  Untuk  mengetahui  baik  atau buruknya          pribadi  seseorang dapat dilihat dari tingkah lakunya sehari-hari.

2.  Semoga dimaklumi.

3.  Pekerjaan itu dia tidak cocok.

4.  Perkara     yang    diajukan     ke meja hijau berjumlah 51 buah. Sedangkan perkara yang telah selesai disidang-kan berjumlah 23 buah.

5.  Halamannya sangat    luas, rumah paman saya di Cibubur.

Bentuk yang Benar
  1. Baik atau buruknya pribadi seseorang dapat dilihat dari tingkah lakunya sehari-hari
  2. Semoga Bapak dapat memakluminya.
  3. Pekerjaan itu bagi dia tidak cocok

  1. Perkara            yang     diajukan           ke        meja     hijau berjumlah 51 buah, sedangkan perkara yang telah selesai disidangkan berjumlah 23 buah
  2. Halaman   rumah   pamas   saya   di  Cibubur sangat luas.